2.1.1 PENGERTIAN
FLAGELLATA
Flagellata
dalam bahasa Latin diambil dari kata flagell yang berarti cambuk. Ciri
khas dari kelas flagellata ini adalah alat geraknya yang berupa cambuk getar .
Selain berfungsi sebagai alat gerak, flagel juga dapat digunakan untuk
mengetahui keadaan lingkungannya atau dapat juga digunakan sebagai alat indera
karena mengandung sel-sel reseptor di permukaan flagel dan alat bantu untuk
menangkap makanan. Berikut akan dibahas lebih lanjut mengenai klasifikasi, ciri-ciri
morfologi, ciri-ciri fisiologi, lingkungan ekologi dan tingkah laku, cara
reproduksi dan siklus hidup, dan peranan flagellate.
Flagelata memiliki 1 inti atau lebih dari 1 inti dan alat pergerakan
(alat neuromotor) yang terdiri dari kinetoplas dan flagel. Kinetoplas terdiri
dari blefaroplas. Aksonema merupakan bagian flagel yang terdapat di dalam badan
parasit. Kadang-kadang ada struktur yang nampak sebagai satu garis mulai dari
anterior sampai ke posterior yang disebut aksostil. Di samping badan parasit
terdapat membran bergelombang dan kosta yang merupakan dasarnya. Beberapa
spesies flagelata mempunyai sitostoma Berdasarkan struktur morfologinya,
Flagellata dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu
Fitoflagellata dan Zooflagellata. Fitoflagellata merupakan kelompok flagellata
yang memiliki ciri seperti tumbuhan, sedangkan Zooflagellata merupakan kelompok
flagellata yang memiliki ciri seperti hewan.
1. Fitoflagellata
Fitoflagelata adalah flagellata yang mirip dengan
tumbuhan karena memiliki plastida, sehingga dapat melakukan fotosintesis. Berdasarkan ciri-ciri
morfologinya, Fitoflagellata diklasifikasikan menjadi 8 ordo, yaitu: Kriptomonadida,
Euglenoida, Dinoflagellata, Krisomonadida, Prymnesiida, Volvocida,
Prasinomonadida, dan Silicoflagellida .
2. Zooflagellata
Zooflagellata adalah flagellata yang menyerupai hewan, tidak
berkloroplas dan bersifat heterotrof. Flagellata ini ada yang hidup bebas,
bersimbiosis dengan organisme lain, namun kebanyakan bersifat parasit pada
organisme lain. Berdasarkan ciri-ciri morfologinya, Zooflagellata
diklasifikasikan menjadi 8 ordo, yaitu: Choanoflagellida, Cercomonadida,
Pteromonadida, Trichomonadida, Diplomonadida, Hypermastigida, Kinetoplastida,
dan Opalinida .
2.1.2 Ciri-ciri
Flagellata
1.
Mempunyai flagel (bulu cambuk) sebagai alat gerak.
2. Hidup sebagai parasit atau hidup bebas di habitat air
laut dan air tawar.
3. Permukaan tubuhnya dilapisi oleh kutikula sehingga
bentuknya tetap.
4. Memiliki dua macam protoplasma, yaitu, ektoplasma
(lapisan luar) yang memadat dan lapisan dalam berupa endoplasma yang berwujud
agak encer.
2.1.3 REPRODUKSI FLAGELLATA
Reproduksi pada Flagellata ada 2 macam, yaitu vegetatif dan
generatif. Reproduksi vegetatif terjadi dengan cara pembelahan biner secara
transversal, misalnya pada Euglena, sedangkan reproduksi generatif
terjadi melalui persatuan antara ovum dan spermatozoid, misalnya pada Volvox.
a) Reproduksi secara vegetatif: pembelahan biner
Pembelahan biner pada flagellata berlangsung secara longitudinal.
Menurut Smith (2010), pembelahan sel dimulai dengan menduplikasi DNA-nya untuk
membuat dua set lengkap. Sel terus tumbuh dan set DNA bergerak ke ujung
berlawanan pada sisi sel. Setelah sel telah mencapai ukuran yang tepat, sel
membagi menjadi dua sel anak dengan DNA yang identik. Fusi biner adalah cara
reproduksi klasik yang digunakan ketika suatu organisme hidup dalam lingkungan
yang stabil. Waktu pembelahan biner ini penting, karena organisme harus
melakukannya pada saat yang tepat. Proses ini sebagian diatur oleh septum
cincin, yaitu cincin protein yang terbentuk disekitar pertengahan sel. Septum
cincin ini mendorong sel untuk dibagi secara merata tanpa merusak DNA atau
dinding sel. Kesalahan dalam proses fusi dapat menyebabkan pembentukan sel anak
dengan DNA tidak lengkap, atau salinan tambahan gen tertentu. Cincin septum
dirancang untuk mencegah hal ini.
b) Reproduksi secara generatif: persatuan antara ovum dan
spermatozoid
Selain reproduksi secara vegetative (pembelahan biner), kelompok
flagellata
juga melakukan perkembangbiakan secara generatif. Reproduksi ini sangat
diperlukan untuk memperkaya variasi genetic, sehingga akan meningkatkan
kemampuannya untuk hidup pada kondisi lingkungan yang baru. Contoh flagellate
yang memiliki proses secara generative adalah Volvox sp. Volvox merupakan
kandidat protozoa yang unik untuk diteliti. Catatan penting untuk membahas Volvox
adalah Volvox merupakan Flagellata yang berkoloni membentuk suatu
bola.
Reproduksi aseksual terjadi pada garis ekuator, sel ini berkembang
menjadi “germ cell”, kelompok individu jantan dan individu betina terbentuk
pada koloni yang berbeda. Sel-sel germinal betina tidak membagi, melainkan
semakin membesar untuk membentuk sebuah ovum. Pada beberapa spesies koloni Volvox
bersifat hermaphroditic, yaitu dalam satu koloni dapat membentuk sperma
serta ovum. Namun kematangan sperma dan ovum tidak pada saat yang bersamaan,
sehingga pembuahan diri (pada satu koloni) dapat dicegah (Wimvan, 2003).
Reproduksi dimulai dari
koloni betina yang menggandung ovum dan koloni jantan yang mengandung sperma
bertemu. Ovum dihasilkan oleh oogonium, sedangkan Volvox jantan menghasilkan
spermatozoid oleh spermatogonium. Setelah terjadi fertilisasi akan menghasilkan
zigot, zigot akan menghasilkan empat spora, yang kemudian akan menjadi individu
baru. Pada Gambar dibawah ini menunjukkan koloni Volvox jantan dengan
paket sel sperma dan Volvox betina dengan ovum. Sel sperma akan menuju
koloni Volvox betina untuk mencari ovum dan terjadi pembuahan.
Beberapa Flagellata memiliki tahap kehidupan
bolak-balik antara tahap proliferatif (misalnya trophozoites) dan kista aktif.
Dalam bentuk kista, Flagellata dapat bertahan hidup kondisi yang sulit, seperti
terpapar pada suhu yang ekstrem dan bahan kimia berbahaya, atau waktu lama
tanpa akses terhadap nutrisi, air, atau oksigen untuk jangka waktu tertentu.
Pada Zooflagellata, menjadi bentukan kista memungkinkan untuk bertahan hidup di
luar tubuh inang, dan memungkinkan terjadinya transmisi dari satu host ke host
yang lain. Ketika dalam bentuk trophozoites (Yunani, tropho=untuk memberi
makan), secara aktif mencari makan dan tumbuh. Proses dimana terjadi perubahan
menjadi bentuk kista disebut encystation, sedangkan proses mentransformasikan
kembali ke trophozoite disebut excystation.
2.1.4 KLASIFIKASI FLAGELLATA
Berdasarkan struktur morfologinya, Flagellata dibedakan menjadi dua
kelompok besar, yaitu Fitoflagellata dan Zooflagellata. Fitoflagellata
merupakan kelompok flagellata yang memiliki ciri seperti tumbuhan, sedangkan
Zooflagellata merupakan kelompok flagellata yang memiliki ciri seperti hewan
(Roger, 1988).
1. Fitoflagellata
Fitoflagelata adalah flagellata yang mirip dengan tumbuhan karena
memiliki plastida, sehingga dapat melakukan fotosintesis (Roger, 1988).
Fitoflagellata memiliki beberapa cara untuk mendapatkan makanan, yaitu:
·
Holozoik adalah mencari makanan
dari lingkungan, menelan, lalu mencernakan didalam tubuhnya.
·
Holofitrik adalah dengan
membuat makanan sendiri dengan cara fotosintesis.
·
Saprofitik adalah memakan
organisme yang sudah mati.
Berdasarkan ciri-ciri morfologinya, Fitoflagellata diklasifikasikan
menjadi 8 ordo, yaitu: Kriptomonadida, Euglenoida, Dinoflagellata,
Krisomonadida, Prymnesiida, Volvocida, Prasinomonadida, dan Silicoflagellida
(Roger, 1988).
a) Kriptomonadida
Organisme yang termasuk kedalam ordo ini memiliki
ciri-ciri: tubuh kecil, berbentuk bulat telur, agak pipih pada salah satu sisi
tubuhnya, permukaan selnya licin dan dilapisi dengan periplas, bentuk plastida
memanjang mirip seperti perahu, memiliki dua buah flagella didaerah apikal
dekat lubang mulut. Kedua flagella ini memiliki rambut-rambut yang tersusun
dari protein filamen. Chroomonas mesostigmatica merupakan salah satu
contoh yang representatif dari ordo ini.
b) Euglenoida
Ciri-ciri organisme yang termasuk ordo ini adalah
memiliki bentuk tubuh menggelendong dengan ujung berbentuk meruncing, tubuhnya
dilapisi dengan pelikel, memiliki dua buah atau lebih flagel (satu bulu cambuk
panjang dan satu bulu cambuk pendek) yang muncul dari bagian lubang apikal, plastida
berbentuk pipih dan seperti pita, dan memiliki stigma yang tampak jelas (bintik
mata berwarna merah) yang berfungsi untuk membedakan antara gelap dan terang
(Roger, 1988). Beberapa contoh dari ordo Euglenoida yaitu Euglena gracilis,
Euglena acus, dan Euglena viridis.
Menurut Verda (2010), Euglena viridis dapat
bersifat holofitrik dan holozoik. Bersifat holofitrik karena memiliki kloroplas
yang mengandung klorofil, sehingga dapat membuat makanannya sendiri dengan cara
melakukan fotosintesis. Bersifat holozoik yaitu dengan cara memasukkan
makanannnya yang berupa organisme berukuran lebih kecil melalui sitofaring
menuju vakuola dan ditempat inilah makanan dicerna.
c) Dinoflagellata
Organisme yang termasuk kedalam ordo Dinoflagellata banyak ditemukan
di air tawar maupun air laut, dan merupakan sumber makanan penting bagi
organisme kecil lainnya. Kelompok Dinoflagellata ini memiliki ciri-ciri: bentuk
selnya biconical (seperti katup), memiliki alur spiral yang disebut cingulum
dan celah longitudinal yang disebut sulkus, dan memiliki bentuk plastid
yang bulat memanjang (Roger, 1988).
Dinoflagellata memiliki 2 flagela. Kedua flagella muncul dari satu
lubang pada persimpangan antara cingulum dan sulcus. Dinoflagellata mampu
bereproduksi secara aseksual dan seksual. Secara Aseksual biasanya melalui
pembelahan mitosis khususnya pada dinoflagellata oseanik. Secara seksual
melalui meiosis atau bila kondisi lingkungan memburuk akan berkembang menjadi
kista istirahat dengan dinding sel yang tebal.
Contoh dari dinoflagellata antara lain Noctiluca
miliaris dan Gymnodinium breve. Gymnodinium breve memiliki
bentuk mirip seperti kunci gembok. Tubuhnya organisme ini dikelilingi oleh
selulosa. Noctiluca miliaris kebanyakan hidup di air laut. Noctiluca
miliaris dapat memancarkan sinar (bioluminense) apabila tubuhnya terkena
rangsangan mekanik (Irfani, 2011).
d) Krisomonadida
Bentuk tubuh dari kelompok Krisomonadida ini oval
(bulat memanjang) atau seperti bentukan daun, kadang beberapa sel membentuk
koloni dalam sebuah selubung gelatin. Krisomonas memiliki plastid yang
berbentuk pipih melengkung. Memiliki sepasang flagel yang terdapat pada daerah
posterior tubuhnya, salah satu dari flagel memanjang.
e) Prymnesiida
Coccoliths merupakan
salah satu contoh yang representatif dari ordo Prymnesiida. Coccoliths adalah
kalsifikasi yang terbentuk dari sel coccolithophores, yang merupakan
fitoplankton laut. Cincin coccolith terdiri dari sekitar dua puluh unit
kristal kalsit. Bentuk dari sel ini pipih-oval atau melengkung (mirip seperti
pelana kuda). Kloroplasnya terletak agak menonjol pada sel dan memiliki
bentukan seperti mangkuk. Memiliki dua flagel pada daerah lateral tubuhnya,
diantara flagel ini terdapat bentukan unik yang disebut haptonema.
f) Volvocida
Bentuk tubuh organisme yang termasuk ordo Volvocida umumnya bulat
dan berdinding tebal. Setiap spesie memiliki satu plastida dengan bentuk yang
bermacam-macam, tetapi umumnya berbentuk melengkung seperti cangkir. Flagellata
yang dimiliki umumnya 2 atau 4. Struktur flagella halus, tetapi padabeberapa
spesies flagella berkaitan dengan papilla. Organisme ini umumnya hidup
berkoloni. Permukaan koloni halus karena dilapisi oleh gelatin. Contoh dari
ordo Volvocida antara lain: Volvox globator, Clamydomonas sp, dan
Polytomela caeca. Ciri-ciri dari Volvox antara lain hidup secara
berkoloni, koloni Volvox dapat terdiri dari ribuan sel yang
masing-masing sel memiliki dua flagella. Setiap sel memiliki inti, vakuola
kontraktil, stigma dan kloroplas.
g) Prasinomonadida
Organisme yang termasuk kedalam ordo Prasinomonadida, umumnya
memiliki ciri-ciri: sel berbentuk oval-pipih dan diselubungi oleh 1 atau lebih
lapisan, memiliki satu plastida tipis yang berbentuk seperti cangkir, dan
memiliki 1, 2, 4 atau 8 flagel yang muncul dari cekungan permukaan tubuhnya.
Contoh spesies yang termasuk kedalam ordo Prasinomonadida adalah Tetraselmis
convolutae.
g) Prasinomonadida
Organisme yang termasuk kedalam ordo
Prasinomonadida, umumnya memiliki ciri-ciri: sel berbentuk oval-pipih dan
diselubungi oleh 1 atau lebih lapisan, memiliki satu plastida tipis yang
berbentuk seperti cangkir, dan memiliki 1, 2, 4 atau 8 flagel yang muncul dari
cekungan permukaan tubuhnya. Contoh spesies yang termasuk kedalam ordo
Prasinomonadida adalah Tetraselmis convolutae.
h) Silicoflagellida
Silicoflagellata tersebar secara luas di seluruh dunia, hidup pada
zona neritik dan juga perairan dingin. Silicoflagellata adalah plankton laut
yang mampu memperoleh energi baik sesara autotrof maupun heterotrof. Silicoflagellata
merupakan fitoplankton yang berukuran sangat kecil yakni 6-20μm. Tubuh
organisme ini berbentuk seperti lempeng bintang dengan pseudopodia yang muncul
dari permukaan tubuhnya dan membentuk duri. Selnya memiliki banyak plastida
kecil yang berbentuk bulat (Roger, 1988). Pergerakan tubuhnya dilakukan dengan
bantuan salah satu flagella yang panjang. Flagella terletak didekat salah satu
duri pada permukaan tubuhnya. Duri pada kerangka pada organisme ini berfungsi
untuk mengapung diperairan. Kerangka Silicoflagellata biasanya terdiri 1-2%
dari komponen mengandung silika sedimen laut.
2. Zooflagellata
Zooflagellata adalah flagellata yang menyerupai hewan, tidak
berkloroplas dan bersifat heterotrof. Flagellata ini ada yang hidup bebas,
bersimbiosis dengan organisme lain, namun kebanyakan bersifat parasit pada
organisme lain. Berdasarkan ciri-ciri morfologinya, Zooflagellata
diklasifikasikan menjadi 8 ordo, yaitu: Choanoflagellida, Cercomonadida,
Pteromonadida, Trichomonadida, Diplomonadida, Hypermastigida, Kinetoplastida,
dan Opalinida (Roger, 1988).
a)
Choanoflagellida
Choanoflagellata banyak ditemukan di laut
atau air payau. Kelompok Choanoflagellata merupakan contoh yang sangat
representative untuk mengGambarkan Zooflagellata yang hidup bebas dan memiliki
struktur yang unik dalam mendapatkan makanan. Flagellata ini memiliki kumpulan
mikrovilli pada bagian apikal yang berfungsi untuk menangkap mangsanya. Pada
fase dewasa organisme ini hidup sesil dengan menempelkan bagian tangkainya pada
substrat. Salah satu contoh spesies yang termasuk kedalam ordo ini adalah Monosiga
ovata.
b) Cercomonadida
Organisme yang termasuk kedalam ordo Cercomonadida, umumnya memiliki
ciri-ciri: bentuk sel pyriform atau silindris, dapat melakukan gerakan amoeboid
pada bagian posterior tubuh guna untuk menangkap mangsa, nukleus besar dan
terletak pada bagian anterior, memiliki dua flagellata yang tidak simetris
(yang 1 menjulur panjang, sedangkan yang lain pendek).
c) Proteromonadida
Memiliki penjuluran flagella yang panjang adalah salah satu
kharakteristik dari ordo Proteromonadida. Organisme ini memiliki dua buah
flagel. Flagellata ini merupakan flagellata parasit pada amfibi dan reptile.
Nucleus pada organisme ini tampak jelas pada bagian anterior, didekat nucleus ini
tampak mitokondria yang berbentuk melengkung.
d) Diplomonadida
Beberapa Diplomonas hidup didalam sisitem pencernaan inang, beberapa
merupakan parasit pada manusia. Diplomonas yang hidup bebas umumnya berada di
perairan yang kaya akan bahan organik. Organisme yang termasuk kedalam ordo
Diplomonadida, umumnya memiliki sel memiliki bentukan simetri antara nukleus
dan sistem flagella. Flagella yang dimiliki oleh organisme ini 1 sampai 4 buah.
Flagella berada dalam alur longitudinal. Nucleus pada sel ini memiliki 2
nukleus yang tampak seperti bentukan mata (Roger, 1988). Organisme ini tidak
memiliki mitokondria dan aparatus Golgi, namun memiliki relik mitokondria yang
disebut mitosomes. Trepomonas sp dan Hexamita sp merupakan contoh
Diplomonas yang hidup bebas. Giardia lamblia merupakan contoh Diplomonas
yang hidup sebagai parasit pada manusia (Tovar et al., 2003).
e) Trichomonadida
Organisme yang termasuk kedalam ordo Cercomonadida, umumnya memiliki
ciri-ciri: bentuk sel pyriform atau oval, beberapa spesies dapat melakukan
gerakan amoboid, nukleusnya terdapat pada bagian anterior tubuhnya, memiliki
bentukan membrane bergelombang, jumlah flagelnya antara 4 hingga 6 buah.
Nukleus pada organisme ini berikatan dengan pelta (bagian yang melengkung) pada
axostyle. Salah satu contoh spesies yang termasuk ordo Trichomonadida adalah Tritricomonas
foetus (Roger, 1988).
f) Hypermastigida
Metacoronympha merupakan genus terbesar
pada ordo Hypermastigida. Organisme ini hidup didalam usus pada rayap dan
kecoa. Ciri khas dari organisme yang termasuk kedalam ordo ini adalah bentuk
sel pyriform dengan flagel yang tersusun mengerucut pada bagian apikal.
Organisme ini memiliki satu nukleus.
g) Kinetoplastida
Ordo ini diberi nama Kinetoplastida karena spesies-spesiesnya memiliki
organ khusus, kinetoplas. Anggota dari ordo kinetoplastida ada yang hidup bebas
dan ada yang hidup sebagai parasit. Spesies yang hidup bebas di alam, umumnya
hidup di lingkungan perairan yang mengandung banyak senyawa organik. Organisme
parasitik pada ordo ini dibedakan menjadi 2 genus, yaitu: Leishmania dan
Trypanosoma yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Dua contoh
spesies yang paling representatif untuk mewakili anggota ordo Kinetoplastida
yang hidup bebas adalah Bodo saltans dan Chynchomonas nasuta. Bodo
saltans merupakan flagellata aquatik yang memiliki flagella yang panjang
untuk membantunya meluncur (bergerak). Spesies ini banyak ditemukan di air
tawar yang banyak mengandung bakteri atau air payau yang tinggi akan kandungan senyawa
organik.
Chynchomonas nasuta merupakan spesies
bacterivorus dengan 1 flagella panjang dan 1 flagella anterior pendek yang
muncul dari daerah sitofaring.
Pada genus Leishmania ada tiga spesies yang paling sering
menjadi parasit pada manusia, yaitu: Leishmania donovani yang
menyebabkan leismaniasis viseral atau kala azar, Leishmania tropica yang
menyebabkan leismaniasis kulit atau “oriental sore”, dan Leishmania
bransiliensis yang menyebabkan leismeniasis mukokutis atau Espundia. Pada
genus Trypanosoma terdapat tiga spesies yang dapat menyebabkan penyakit
pada manusia, yaitu Trypanosoma brucei, Trypanosoma gambiense,
dan Trypanosoma cruzi. Penyakit yang disebabkan oleh spesies tersebut
disebut tripanosomiasis (Gandahusada dkk., 1998). Gambar spesies Trypanosoma
gambiense disajikan pada Gambar 4.22.
h) Opalinata
Opalinata merupakan kelompok organisme yang memiliki multiflagel.
Organisme memiliki cirri-ciri: berbentuk pipih, silindris, atau mirip
sepertibentukan daun, bagian permukaan sel dikelilingi oleh pelikel dan
flagella (flagella tampak seperti silia), memiliki 1 atau banyak nukleus, tidak
memiliki cytopharing, dan sistem pencernaanya termodifikasi menjadi
pinositosis. Umumnya Opalinida hidup berkomensalisme didalam sistem pencernaan
amfibi atau ikan.
2.1.5 MORFOLOGI FLAGELLATA
Karakteristik utama dari flagelata yaitu mempunyai jumlah
flagela bervariasi dari satu dan dua atau lebih flagella, sering kali dalam
kelipatan dua. Flagela kemungkinan muncul dari tubuh basal di bagian bawah dari
ujung sel atau dari tubuh basal terletak
di bawah lapisan permukaan membran tempat flagela . Posisi penempelan flagela
ini memiliki nilai taksonomi. Pada spesies lain dicontohkan oleh beberapa
zoomastigopora, flagela yang aktif (undulasi) secara umum diarahkan ke depan dengan satu seret. Pada spesies lainnya,
flagela yang diarahkan ke belakang berhubungan dengan permukaan membran plasma
menghasilkan membran undulasi tipis ketika flagela aktif dan mengangkat lipatan
membranous. Oleh karena itu, membran bukan merupakan struktur yang permanen
tetapi dapat terangkat ketika flagela menariknya ke atas selama undulasi.
Flagela sisanya kemungkinan diarahkan ke
depan dan menunjukkan gerakan seperti cambuk.
Pada spesies lain, satu flagela kecil dan lainnya
terbungkus di sekitar badan sel seperti pada dinoflagelata, biasanya dalam alur
yang terspesialisasi (girdle) dekat garis tengah sel. Pergerakan flagela
berbeda di antara spesies. Aktivitas meliputi gerakan seperti lengan, unduliasi
yang menyerupai cambuk, atau riak yang menyerupai gelombang halus bergerak
sepanjang sumbu flagela. Pada beberapa kasus, flagela dipegang dengan cukup
kuat pada arah depan dengan gerakan gelombang halus, melintasi panjangnya. Air
didorong sepanjang sumbu flagela. Dorongan air ini menghasilkan pergerakan sel
melewati medium cair. Lintasan sel kemungkinan pada jalur spiral atau pada
jalur langsung dengan gerakan berputardi sekitar satu sumbu.
Pada beberapa spesies, sel menunjukkan adanya
pembentukan gerakan.Setiap flagela merupakan organel berbentuk silinder tipis
kira-kira berukuran panjang 150 μm dengan diameter 0,2 μm. Permukaan membran
yang mengelilingi flagela berhubungan dengan membran plasma pada bagian dimana
flagela melekat pada sel. Struktur dalam flagela sangat kompleks yang tersusun atas pasangan tubulus
sitoplasmik sentral dikelilingi oleh 9 doblet. Setiap doblet terdiri atas
sepasang tubulus yang tersambung sepanjang panjang tubuhnya
Sebuah tubuh basal (kinetosom) biasanya sedikit bersifat refraktil
dan terwarnai daripada bagian yang terpisah dari flagela. Pada beberapa
spesies, tubuh basal juga mempunyai satu atau lebih fibril runcing yang terkait
pada tubuh basal tersebut dan hanya terlihat pada pengamatan dengan mikroskop
elektron.
Sitoplasma
terlihat melalui pengamatan dengan mikroskop cahaya secara khas mengandung satu
nucleus, meskipun ada bentukan multinukleat seperti pada hipermastigida dan
Opalinata. Sitoplasma yang melingkupi sel mengandung vakuola dalam berbagai
ukuran dan komposisi internal, satu atau lebih plastid (jika ada), mitokondria
(organel respiratori), dan Golgi (organel sekretori) hampir tidak terlihat pada
penampakan kotor dan akan terlihat pada penampakan dengan intensitas cahaya
tinggi. Pada spesies dengan plastid yang jelas, komposisi pigmen, internal,
struktur lamella membran, jumlah dan susunan pirenoid (refracto proteinaceus
bodies), serta jumlah dan jenis membran sitoplasmik yang mengelilingi
penting untuk membedakan ciri-ciri di antara spesies. Meskipun pada flagelata
yang tidak terpigmentasi menunjukkan keterangan dari sisa plastid yang rata,
beberapa spesies kekurangan klorofil tetapi berhubungan erat dengan pigmentasi,
memiliki lebih sedikit plastid (leukoplas) mengindikasikan kemungkinan
berkerabat dekat dengan tanda yang terpigmentasi.
Variabilitas sitoplasma merupakan petunjuk jelas
dari jalur evolusi kompleks di antara flagelata. Pada beberapa jalur terlihat
kemajuan dari bentuk heterotropik menjadi autotropik. Pada kasus lain, terlihat
adanya transisi dari autotropik menjadi heterotropik dengan kehilangan
kemampuan fotosintesis dan retensi plastid tanpa warna. Penyimpanan
substansi/zat termasuk tetes minyak, tepung dan sisa karbohidrat (dalam bentuk
butir besar atau massa granula), atau berbagai sisa organ biasanya dapat
terlihat dengan jelas di dalam sitoplasma. Tipe produk sering kali memiliki
arti taksonomik dan kemungkinan berhubungan dengan jenis nutrisi. Beberapa
spesies autotropik menyediakan sebagian besar karbohidrat dalam bentuk
butir-butir tepung atau adakalanya sebagai polimer-polimer kecil (leukosin)
dalam bentuk cairan. Terkadang tampak tetes lemak, terutama dengan peningkatan
maturasi sel. Spesies heterotropik menyediakan tetesan minyak, bahan lilin,
atau lipid lain dalam sitoplasma. Kondisi fisiologis organisme, variasilain dalam
karakteristik metabolik, dan tahapan pertumbuhan sering menghasilkan
modifikasi. Substansi cadangan utama untuk setiap organisme digunakan sebagai
Gambaran perbandingan dari spesies flagelata. Beberapa spesies memiliki
tambahan penutup sel pada membran plasma periferal, misalnya (1) elastik, complex-ridged
pellicles, (2) loricas (organik atau secara parsial untuk melengkapi
mineralisasi dinding), atau (3) penutup yang menyerupai proteinaous halus atau
selulosa. Lampiran luar tersebut dapat memiliki design geometrik yang kompleks
dan elegant. Euglenoid dan beberapa chrysomonad bentuk kista menghasilkan
lampiran dengan mineralisasi menyerupai labu di sekitar sel selama pertumbuhan
aktif ataupun pada waktu enkistasi. Pada spesies lain, penutup eksternal berupa
lapisan yang tidak terlalu menyolok yang dengan seketika mengelilingi dan
mengikuti garis bentuk permukaan sel.
2.1.6 PERANAN FLAGELLATA
Flagellata yang bersifat holozoik berperan sebagai predator,
memangsa organisme uniseluler atau ganggang, bakteri, dan microfungi, sehingga
Flagellata memainkan peranan penting dalam mengendalikan populasi bakteri dan
biomas (Wasetiawan, 2010). Flagellata yang bersifat saprofitik memainkan peran
baik sebagai herbivora dan konsumen dalam tingkatan dekomposer dari rantai
makanan.
Sebagai komponen dari mikro dan meiofauna,
Flagellata berperan sebagai phytoplankton dan zooplankton di dalam lingkungan
perairan yang berfungsi sebagai sumber pakan alami organisme lain, misalnya
ikan dan udang (Redjeki, 1999). Dengan demikian, peran ekologis protozoa dalam
rantai makanan komunitas akuatik sangat penting. Menurut Lupita (2009),
flagellata dapat digunakan sebagai sumber Protein Sel Tunggal (PST), misalnya Euglena
viridis dan Euglena oxyuris yang saat ini mulai dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan protein masyarakat dunia tanpa memerlukan lahan yang luas
dan waktu panen yang singkat dalam jumlah besar. Beberapa flagelata bersifat
parasit dan merugikan, misalnya Giardia lamblia dan Trichomonas
vaginalis. G. lamblia hidup di rongga usus kecil, yaitu duodenum dan
bagian proksimal yeyunum dan kadang-kadang di saluran dan kandung empedu.
Infekksi Giardia menyebabkan diare disertai steatore karena gangguan absorpsi
lemk dan gangguan absorpsi karoten, folat, dan vitamin B12. Trichomonas
vaginalis merupakan flagellata parasit pada saluran urogenital yang dapat
menyebabkan beberapa penyakit pada saluran reproduksi maupun ekskresi.
Contohnya yaitu vaginisitis, prostasitis, urethritis.
2.1.7 HABITAT FLAGELLATA
Flagellata terdapat dalam berbagai habitat, termasuk
lingkungan darat dan perairan (air tawar dan air laut). Tanah yang ditinggali
oleh protozoa telah diketahui dari hampir setiap jenis tanah dalam setiap
lingkungan, dari tanah rawa sampai pasir kering. Flagellata termasuk protozoa
dengan angka keragaman spesies yang dominan. Densitasnya mencapai 3000 sampai
200.000 per gram tanah. Sejauh ini, telah dipelajari tentang flagellate dari
segi ekologis, yaitu spesies air tawar dan spesies air laut. Beberapa di
antaranya adalah stenohalin (sensitive terhadap tonicity dan membutuhkan
rentang salinitas yang sempit) dan euryhaline (toleran terhadap variasi
salinitas).
Flagellata hidup secara komensal atau parasit dengan
tumbuhan atau hewan yang sering membutuhkan lingkungan khusus,sehingga
flagellate teradaptasi dalam lingkungan yang terbatas dari hostnya. Contohnya,
flagellate dapat hidup pada lingkungan anaerob di usus serangga atau invertebrate.
Flagellata darat ada yang autotrof obligat dan memerlukan pencahayaan yang
memadai untuk pertumbuhan. Misalnya Chloromonads yang terhambat pertumbuhannya
ketika musim salju. Spesies air autotrofik terbatas hanya pada zona fotik
dimana kualitas cahaya dan intensitas cahaya berada dalam kisaran kompensasi
fotosintesis organisme. Titik kompensasi fotosintesis adalah tingkat intensitas
cahaya di mana fotosintesis hanya cukup untuk menjaga metabolisme respirasi.
Fotoautotrof yang mampu menyesuaikan respirasinya ke tingkat yang sangat rendah
dan sangat efisien menggunakan energi cahaya yang tersedia, memiliki intensitas
cahaya kompensasirendah. Ada banyak variasi kompenssasi dari Dinoglagellata
dengan kisaran < 1 -35 μEinsteins/m2/sec. Flagellata heterotrofik, walaupun
kadang-kadang terhambat oleh intensitas cahaya, tetapi sedikit dipengaruhi oleh
variasi cahaya daripada tipe fotoautotrofik. Jadi, flagelata heterotrofik
banyak ditemukan di tempat yang mempunyai sumber karbon organic melimpah dan
tanpa cahaya, meskipun ada beberapa yang dapat tumbuh baik di lokasi dengan
intensitas cahaya rendah. Pertumbuhan pigmen dan warna euglenoid (contohnya,
pigmen Euglena gracilis var bacillaris dan Astasia longa tak
berpigmen) terjadi di tempat yang kurang cahaya daripada di tempat gelap.
Beberapa euglenoid (contohnya E. sanguine dan E. haematodes)
berpigmen merah yang bergerak ke permukaan cell dalam cahaya terang, dan
memberi warna merah pada sel, namun warna tersebut akan memudar jika sedikit
cahaya. Beberapa flagelata asetat juga bersifat anaerob fakultatif. Contohnya Ochromonas
malhamensis yang hanya hanya berfotosintesis mingguan dan bergantung kepada
sumber karbon eksternal. Flagelata asetat dapat hidup di lingkungan yang
mempunyai pH rendah yang kaya akan asam aorganik. Mempunyai membrane yang
relative impermeable terhadap asam organic dan menggunakan mekanisme transport
membrane untuk regulasi dalam tubuh. Molekul khusus yang menempel pada membrane
plasma dan membawa molekul asam tersebut ke sitoplasma.
2.1.8 DAUR HIDUP FLAGELLATA
Siklus reproduksi pada beberapa Volvocidan yang
soliter dan berkoloni telah diketahui. Siklus hidup dari Polytomella caeca merupakan
deskripsi yang representatif dalam genus ini. Reproduksi aseksual dilakukan
melalui pembelahan biner. Sel mulai membelah di bagian ujung posterior dan
bergerak maju menuju ujung anterior. Ketika dua sel ini masih melekat satu sama
lain di bagian ujung anterior, flagella mengalami duplikasi dan delapan
flagella memanjang dari tempat bersatunya. Saat terpisah, masing-masing sel
memiliki empat flagella. Reproduksi seksual dilakukan melalui fusi dari keempat
flagella isogamete yang menyerupai sel vegetatif. Persatuan gamet dilakukan
dengan menjalin flagellakedua sel. Selama fusi berlangsung, satu set dari empat
flagella mengalami resorbsi sehingga tersisa hanya empat flagella. Fusi dimulai
dari ujung anterior, kemudian bergerak menuju ujung posterior atau dapat
dikatakan berkebalikan dengan pembelahan biner. Selanjutnya, terjadi pemisahan
zigot menjadi 4 sel anakan. Terjadi variasi dalam pola konjugasi di antara
spesies Polytomella. Reproduksi menyebabkan terjadinya pertambahan
populasi pada Polytomella caeca. Enkistasis terjadi saat Polytomella
caeca mengalami blooming. Sel yang mengalami enkistasis, merontokkan
flagelanya dan membentuk dinding yang tebal. Dinding kista yang masak terdiri
atas empat lapisan. Lapisan pertama terdiri atas fibril yang dibentuk sebagian
menempel pada membrane plasma. Sisa layer yang lain lebih tebal dan berfungsi
sebagai proteksi kista terhadap stress lingkungan. Reticulum endoplasma dan
badan golgi berproliferasi selama fase awal enkistasis, diikuti dengan reduksi
jumlah dan peningkatan jumlah organel ini berserta plasmid saat maturasi kista.
Berkebalikan dengan enkistasis, peristiwa eksistasis merupakan proses
terjadinya perubahan fase kista menjadi trofozoid kembali. Dinding kista yang
semul atebal, lama kelamaan mengalami perusakan sehingga trofozoid dapat keluar
kembali.
2.1.9 TINGKAH LAKU
FLAGELLATA
Sebagian besar flagelata fagotropik menggunakan penelanan partikel
makanan secara sederhana pada satu atau beberapa tempat dalam plasma membrane.
Tidak ada tempat yang terspesialisasi sebgaai tepat masuknya makanan, meskipun
mungkin ada beberapa tempat dalam plasma membrane sebagai tempat masuknya
makanan. Tempat khusus untuk masuknya makanan disebut sebagai kantong atau
celah makan pada beberapa kriptomonas, euglena, dan flagelata lainnya.
Dinoflagelata fagotropik memiliki mekanisme makan yang bervariasi, termasuk
adanya jaring pseudopodial (psudopodial net) atau ada juga menyerupai
jari yang memanjang untuk menangkap mangsa.
Peranema yang merupakan
euglena tak berwarna memiliki apparatus makan yang luar biasa. Terdapat
mikrotubul dan organ yang dapat memanjanguntuk membantu menangkap mangsa.
Selama fagositosis, perpindahan euglenoid dilakukan untuk membantu orientasi
dan proses penelanan makanan. Pada Entosiphon, apparatus makan terdiri
atas siphon yang terbentuk dari mikrotubul. Selama proses makan, mengalami
perbesaran diameter. Ketika makan telah selesai, maka sifon kembali ke diameter
awal dan seluruh struktur kembali dalam membran plasma.